Kembalinya Sherlock Holmes by Arthur Conan Doyle
My rating: 4 of 5 stars
Ada dua cerita Sherlock Holmes yang tidak pernah saya sentuh saat kuliah di Sastra UI (sekarang FIB UI) dulu. Pertama, The Adventure of the Final Problem dan kedua, The Adventure of the Empty House. Ya, itu semua karena saya tidak ingin kisah detektif favorit saya berakhir. Apa jadinya kalau Sherlock tewas melawan Moriarty? Mungkin itu pula yang dialami para pencinta crime fiction waktu itu ketika Sir Arthur Conan Doyle memutuskan untuk mengakhiri hidup pahlawan tercinta kita.
Buku ini pertama kali diterbitkan pada 1905, dan merupakan kumpulan cerita pendek SH pertama setelah SH tewas saat melawan musuh bebuyutannya. Menurut kabar yang beredar dikatakan bahwa Sir Arthur ingin menulis buku lain dan merasa kalau SH terlalu banyak menyita waktunya. Para penggemar yang kecewa menulis surat mengutarakan kemarahan mereka. Katanya bahkan ada yang berdemonstrasi di jalanan memakai pita hitam. Mungkin kalau saya hidup di masa tersebut saya juga akan menulis surat yang sama (tapi setelah dipikir lagi mungkin saya belum tentu mengenal SH kalau saya hidup pada masa itu). Para penggemar yang kesal itu bahkan mengambil langkah drastis dengan membatalkan langganan majalah The Strand yang memuat cerita SH secara bersambung.
Sir Arthur bertahan hingga satu dekade lamanya sebelum menulis The Hound of Baskerville (1901-1902) yang secara implisit menyiratkan bahwa cerita tersebut terjadi sebelum kejadian di Reichenbach. Novel itu berhasil menyedot kembali perhatian pembaca, dan akhirnya Sir Arthur bersedia untuk mulai menerbitkan serial SH yang baru (plus bayaran yang lebih besar karena kepopuleran SH yang kian meluas). Dan bangkitlah SH dalam The Return of Sherlock Holmes ini.
Petualangan di Rumah Kosong
Cerita bergulir dari keinginan Watson untuk menyelidiki kasus kematian Ronald Adair. Saat itu sudah tiga tahun berselang sejak kematian Holmes. Kemunculan Holmes yang tiba-tiba sampai membuat Watson pingsan. Ia terkejut ketika menyadari bahwa rekannya tersebut ternyata masih segar bugar. Holmes memberitahukan alasannya bersembunyi karena sedang mengejar tangan kanan Moriarty, Kolonel Sebastian Moran.
Kontraktor dari Norwood
Seorang pemuda bernama John Hector McFarlane dituduh membunuh Jonas Oldacre dengan bukti-bukti yang memberatkan. Sampai Holmes turun tangan.
Gambar Orang Menari
Ini cerita yang paling menyenangkan. Holmes membuktikan diri sebagai ahli kriptografi yang berbakat. Dari cerita ini, saya baru tahu kalau huruf ‘e’ adalah huruf yang paling banyak digunakan dalam bahasa Inggris. Whew... dan memecahkan kode-kode itu sungguh menyenangkan. Sayangnya, Holmes terlambat datang dan mencegah terbunuhnya Mr. Cubitt (penasaran gimana cara mengeja namanya :p)
Gadis Pengendara Sepeda
Jadi ingat dengan salah satu episode dalam anime Detective Conan, ketika Sinichi bersalaman dengan seorang wanita yang sedang antre permainan di taman hiburan. Hanya dengan menyentuh tangannya, Conan tahu kalau wanita itu adalah atlet senam. Sama seperti Holmes yang mengetahui gadis itu adalah pengajar musik. Wow, pengamatan sederhana ternyata bisa mengungkap banyak hal, ya.
Peristiwa di Sekolah Priory
Seorang ahli waris menghilang dari sekolah asrama yang terkenal. Sang Kepala Sekolah menyewa Holmes dan Watson. Sekali lagi saya dibuat kagum dengan pengetahuan Holmes soal 42 jenis ban sepeda yang memiliki pola berbeda. Ya, ampun... apa sih yang nggak diketahui Holmes? Dalam cerita ini juga Holmes menunjukkan perilaku yang tidak biasa terjadi, dia meminta bayaran hadiah yang dijanjikan sambil bilang kalau dia adalah orang miskin. Ckckck... Watson saja sampai geleng-geleng kepala dibuatnya.
Peter si Hitam
Metode yang digunakan Holmes memang kadang-kadang agak nggak lazim. Dia pergi ke tukang daging dan menombak babi hanya untuk membuktikan kalau sulit sekali bagi seseorang yang tidak berpengalaman untuk menombak seseorang hingga tewas hanya dalam satu lemparan.
Charles Augustus Milverton
Lagi-lagi Holmes melakukan hal yang mengejutkan. Dia membiarkan seorang pembunuh melarikan diri. Dan dia tidak pernah mengungkap identitas pembunuh sebenarnya itu sama sekali karena berpikir bahwa korban memang pantas untuk mendapatkannya.
Petualangan Keenam Napoleon
Dulu waktu baca judulnya pertama kali saya menduga ada hubungannya dengan keturunan Napoleon, ternyata nggak ada sama sekali. Tapi Sir Arthur dengan cerdas mengungkapkan modus operandi baru dalam dunia kriminal pada saat itu.
Petualangan Tiga Mahasiswa
Selalu menarik menyelidiki misteri dari ruangan tertutup yang hanya memiliki satu jalan keluar. Kasus terpecahkan dengan pengakuan dari sang pelaku yang sebelumnya tidak berniat untuk mencuri materi ujian. Jadi benar kata Bang Napi, kejahatan terjadi bukan hanya karena niat sang pelaku, melainkan juga karena adanya kesempatan.
Kacamata Berwarna Keemasan
Menurut saya, Holmes beruntung dengan metodenya menemukan tempat persembunyian si pembunuh. Karena seandainya si pembantu profesor itu orang yang suka bersih-bersih, tentu abu rokok itu tidak akan tertinggal di sana. Mungkin akan lebih menarik kalau begitu. Dengan begitu Holmes terpaksa harus memutar otak untuk membongkar keberadaan si pembunuh dengan cara lain.
Pemain Belakang yang Hilang
Holmes menemukan tandingan yang lumayan cerdik yang berhasil mengecohnya cukup lama.
Petualangan di Abbey Grange
Holmes melepaskan seorang pembunuh lagi. Yah, memang sih dia membunuh karena membela diri. Dan Holmes membenarkan perbuatannya melepaskan pembunuh itu dengan alasan dia sudah memberikan petunjuk-petunjuk kepada Stanley Hopkins. Kasihan si Stanley.
Suka banget pas si Holmes mutusin, “Vox populi, vox Dei, Anda dinyatakan tidak bersalah.”
Ternyata Holmes nggak sedingin itu.
Kisah Noda Kedua
Expected unexpected, adalah slogan saya dalam membaca crime fiction. Jujur saja, saya berharap banyak dari cerita yang satu ini karena Watson mengatakan bahwa kasus ini cocok ditaruh sebagai klimaks dari serial tentang pengalaman SH. Tapi bagi saya, kasus ini agak mengecewakan dan terlalu mudah untuk dipecahkan. Padahal melibatkan skandal internasional. Mungkin itu hanya karena saya (lagi-lagi) tak ingin segera berpisah dengan sang detektif. Karena bagaimanapun, dia adalah Sherlock Holmes, the greatest detective that never lived and who will never die
***
Oia, ada catatan kecil tentang redaksional.
149: nggak sreg banget sama terjemahannya waktu Holmes ngomelin Watson dan berseru, ...dan kau lalu ingin cari tahu siapa dia sebenarnya dari sebuah agen perumahan di London. Masya Allah!
Dan ternyata di e-book yang saya temukan si Holmes nggak berseru apa-apa setelah itu. Penasaran kenapa penerjemah/editor menambahkan kata tersebut. Mungkin kalau teriakannya ‘Astaga!’ saya nggak akan mengeluh, tapi karena Masya Allah, kok agak kurang pas rasanya. Bukan karena saya fanatik pada agama saya, tapi rasanya agak janggal saja.
460: ...dan dia ke turun ke bawah.
Kelebihan kata (ke)
***
Whew... review terpanjang yang pernah saya buat. Sementara nunggu Benedict Cumberbatch main lagi di Sherlock Season 3, The Empty Hearse.
View all my reviews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar