Senin, 31 Mei 2010

Negeri van Oranje

Negeri van Oranje Negeri van Oranje by Wahyuningrat


My rating: 3 of 5 stars
Buku terakhir di bulan Mei. Melunasi utang pinjaman. Meskipun banyak banget typo-nya yang agak mengganggu, tapi buku ini lumayan menarik, terutama bagian tips-tipsnya. Jadi berpikir untuk kembali ke sekolah. Kapan ya? Yang penting nawaitu dulu, hehehe....

Oia, ada satu bagian kecil (enam huruf) yang mengganggu dari buku ini. Ketika penulis membandingkan patung Maneken Pis di Brussel dengan patung Arjuna Wiwaha. Pikiran saya langsung melayang pada patung Arjuna yang sedang mengendarai kereta kuda yang ditarik delapan ekor kuda dengan begitu perkasa di bundaran ujung MH Thamrin yang berbatasan dengan Medan Merdeka Barat dan Medan Merdeka Selatan. Kalau yang dimaksud para penulis adalah patung yang sama, maka izinkan saya untuk mengoreksi sedikit (karena saya tidak tahu, mungkin memang ada patung Arjuna Wiwaha di tempat lain, soalnya seumur hidup saya cuma tinggal di kota ini saja). Setahu saya nama patung yang sempat dipugar tahun 2003 itu adalah Arjuna Wijaya, CMIIW. Dulu sempat hapal di luar kepala untuk menghadapi ujian kompetensi waktu di SMIP. Dan pas banget dapat bagian di Jalan Medan Merdeka Barat situ. Walaupun jadi blunder karena masih shock waktu tiba-tiba dipanggil. Hasilnya, gak lulus mata pelajaran ini. Eh, kok jadi curhat. :p

Pak uday, guru guiding saya, pernah bilang kalau orang-orang suka salah mengingat nama patung itu. Patung yang dimaksud mengambil salah satu episode dalam perang Bharatayudha ketika Arjuna disaisi Kresna (saya lebih suka Kresna daripada Krisna karena kesannya gimana gitu) hendak pergi berperang melawan Adipati Karna. Jadi inget komiknya RA Kosasih yang dulu diloakin, hiks. Kemenangan Arjuna dalam perang itu menginspirasi Nyoman Nuarta ketika membuat patung tersebut. Oleh karena itu, si pematung menamakannya Arjuna Wijaya (Kemenangan Arjuna), bukannya Arjuna Wiwaha seperti anggapan banyak orang. Nama Arjuna Wiwaha begitu melekat karena sudah diajarkan dalam pelajaran sejarah sejak di sekolah dasar. Untuk mengingatkan kembali, Arjuna Wiwaha adalah nama kitab karangan Mpu Kanwa yang menceritakan kisah Arjuna dalam mencari ilmu dan kesaktiannya. Yah, semoga bisa sedikit mencerahkan :)

Kembali ke isi buku, sebenarnya buku ini sarat sekali dengan suri teladan. Tidak ada hal yang tidak mungkin selama kita mau bekerja keras, begitulah kira-kira pesan yang saya tangkap dari buku ini. Buku ini juga membahas cara pandang generasi muda mengenai nasionalisme, bagaimana mereka (mungkin kita juga) menyikapinya. Pertentangan batin yang muncul ketika berhasil menyelesaikan studi di luar negeri, apakah akan kembali di Indonesia atau tetap tinggal dan bekerja di tanah orang. Saya tergugah oleh kepolosan Daus, bukan karena sesama suku dan dekat domisilinya lho, tapi karena dia berani mengambil sikap bahwa untuk memperbaiki sistem yang rusak kita harus masuk ke dalam sistem.

Saya juga menganggap buku ini cukup berani dengan mengangkat isu korupsi yang begitu mendarah daging di negeri ini. Wicak, sang aktivis lingkungan hidup, melihat bagaimana hutan di bumi Kalimantan menghidupi orang-orang tidak berpunya yang bekerja sebagai pembalak yang dimanfaatkan oleh para cukong kayu. Siapa yang harus disalahkan? Menurut saya bukan itu pertanyaannya, melainkan siapa yang berani memperbaiki kesalahan itu. Karena saling tuding tidak akan menyelesaikan masalah, ya kan?

Buku ini juga mengajak saya bernostalgia dengan masa kecil yang cuma bisa nonton TVRI, sebelum muncul RCTI & SCTV awal tahun 1990, Enid Blyton, dan berbagai hal remeh-temeh khas dekade 1990-an.

View all my reviews >>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

share it