Selasa, 24 November 2009

Dayak Days




Tattoe


Wings



Under The Trees



Handmade



Behind



Let's Play



Mythical Dancer



The Couple



Shilloutte



Stairway



Petite Dancer



My Blue Sky

All the pictures taken at TMII

Iseng


Love Triangle



What The?

Mirror Experiments






Sunday

 
Waiting



Balance

 

Sunset

 

Stadhuis




Circle of Light


Urban Fest, 25 Oktober '09


Thor band
Their plays are awesome!


Mirroring
In front of The North Art Space Gallery


Ants
In front of The North Art Space Gallery


Crawling
In front of The North Art Space Gallery



Like This

Portrait made by Wimo Ambala titled Giant (Spring Time in He Park Series)


Lost My Word

(forgot whom it belong to)



Wicth of Portobello



Acoustic Percussion





Little Carriage

Sabtu, 21 November 2009

follow reviews A History of the World in 10 1/2 Chapters

A History of the World in 10 1/2 Chapters A History of the World in 10 1/2 Chapters by Julian Barnes


My rating: 3 of 5 stars
Akhirnya selesai juga. Kesan setelah baca buku ini: basah. Hehehe... Soalnya seluruh ceritanya berkutat seputar air. Cerita paling berkesan adalah cerita si penumpang gelap di bab pertama. Narasinya yang dekonstruktif dibawakan seekor woodwoorm. Dia cerita sisi lain Nuh dan keluarganya selama dan setelah banjir besar.

Cerita kedua tentang pembajakan sebuah kapal pesiar. Agak merinding waktu baca flashback tokohnya tentang eksperimen pilot project-nya yang pake monyet. Jadi mikir sesudahnya: pilih bertahan hidup dengan mengorbankan orang lain atau mengorbankan diri sendiri demi hidup orang lain?

War of the Religion jauh melenceng dari bayangan. Menceritakan pengadilan rayap di Prancis yang menurut gw agak konyol, meskipun cerita tersebut dilandasi dokumen sejarah (katanya). Gara-gara si Uskup jatuh dari kursi yang keropos dimakan rayap, penduduk menuntut rayap diberi hukuman. Yang lebih lucu lagi, kok ya ada pengacara yang belain tuh rayap-rayap. Orang Prancis gak ada kerjaan. (Hehehe.. peace!!!)

Cerita keempat satu di antara dua cerita di buku ini dengan tokoh utama perempuan. Baru tahu namanya hampir di akhir cerita. Capek deh. Isunya global meski ujung-ujungnya tuh perempuan menderita penyakit. Di awal cerita tertulis: In fourteen hundred and ninety-two, Columbus sailed the ocean blue. Cara belajar sejarah yang perlu ditiru di sini supaya sejarah gak lagi ngebosenin.

Inti cerita kelima The Shipwreck: segalanya bisa jadi seni... dan banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam membuat sebuah karya seni, terutama jika based on true story....

Cerita keenam cerita tentang perjalanan seorang perempuan menapaktilasi jejak bahtera Nuh setelah banjir besar. Akhirnya agak dramatis. Masih ada kaitannya di cerita kesembilan nanti.

Nah, cerita ketujuh ini agak gak mudeng (atau gw yang dodol). Ada tiga cerita di dalam cerita ini. Judulnya aja Three Simple Stories. Yang satu tentang seorang kakek korban Titanic yang berhasil selamat. Kedua, kejadian Yunus dan pausnya yang terulang dalam kehidupan nyata. Ketiga, tentang kapal St. Louis yang terombang-ambing ditolak untuk mendarat di mana-mana karena membawa penumpang Yahudi pelarian dari Jerman.

Cerita di Upstream! dirangkai dari sekumpulan surat yang dikirim seorang aktor buat pasangannya. Charlie, si tokoh, menceritakan perjalanan yang harus ditempuhnya ke tengah hutan demi pembuatan sebuah film. Mereka menemui sekelompok Indian yang bersedia membantu syuting. Dari mereka Charlie banyak belajar tentang kehidupan. Ada satu kutipan yang gw suka banget dari cerita ini: one thing nature doesn’t do is lie. Kena banget deh.

Parenthesis ngomongin tentang love, love melulu... (niruin Sarah Sechan bawain acara di MTV dulu). Gw setuju sama si tokohnya yang mandang cinta secara realistis. Di sini pengarangnya nulis lanjutan pantun Columbus: In fourteen hundred and ninety-two, Columbus sailed the ocean blue. In fourteen hundred and ninety-three, he sailed back right back across the sea. Coba guru sejarah bisa mengajarkan sejarah Indonesia kayak gitu, mungkin banyak yang gak males belajar sejarah. Btw, cerita ini gak dikasih nomor bab. Mungkin ini si ½ chapter yang dimaksud. tapi di cerita ini banyak disinggung apa sih yang dimaksud sejarah? Baginya sejarah itu: sesuatu yang ditulis para sejarawan. Sesuatu yang berpola, terencana, dinamis, luas, naratif, saling berhubungan dan dapat dijelaskan. Jadi buka-buka bukunya Kuntowijoyo lagi, Pengantar Ilmu Sejarah.... (hehehe...)

Bab sembilan, Project Ararat, mengisahkan seorang pahlawan yang pergi ke bulan dan mendapat hidayah dari Tuhan untuk ‘menemukan’ bahtera Nuh. Ending-nya gampang ditebak.

Last, The Dream. Cerita ini ngingetin sama lagunya Chrisye feat Ahmad Dani. Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau sujud kepada-Nya? Manusia banyak maunya... udah dapet surga masih aja pengen yang lain... it’s part of being human, kali yak...

Secara keseluruhan, buku ini kereeen.... jadi penasaran terjemahannya...

View all my reviews >>

Rabu, 04 November 2009

Stasioen






Lagi ribet-ribetnya mau daftar CPNS masih nyempetin diri foto-foto di Gambir. Norak sih tapi berhubung belom pernah transit di stasiun nyang satu ni, so gada ruginya kan. Mumpung lagi sepi juga jadi gak norki amat... hehehe...

Yang ini di depan Galeri Nasional setelah semua urusan beres. Thank God. Thanks juga buat temen gue yang udah mau disuruh-suruh ini. :p

Lebaran Betawi

Sabtu, 17 Oktober kemarin adalah hari sibuk sedunia (gue maksudnya). Tapi gara-gara si bos yang suka bikin rusak rencana orang, berubahlah semua agenda yang telah direncanakan. Hari itu gue bermaksud menyaksikan penjurian lomba foto satwa yang diadain di Taman Safari. Tapi berhubung si bos minta progress report tak jadilah awak pergi. Secara ga ada duit pula... daripada bisa pergi ga bisa pulang hehehe...

Sehari sebelumnya, sehabis mengurus SKCK di Polres, lihat spanduk acara Lebaran Betawi 1430 H yang diadain di Bumi Perkemahan Ragunan. Hmm.. boljug nih daripada sabtu nganggur.

So, setelah laporan yang hanya sesaat (gak sampe 10 menit, soalnya si bos kudu nalipun partnernya di Aussie sono katanya), berangkatlah gue bersama teman hunting setia gue to Ragunan. Seperti biasa kalau hari liburan, Jalan Margasatwa macet total. Untungnya bumi perkemahan gak jauh-jauh amat dari lampu merah tempat gue diturunin.



Acaranya rame banget. Setiap walikota punya anjungan sendiri-sendiri. Rata-rata mendirikan rumah betawi, dilengkapi sepasang ondel-ondel, dokar sama muatannya, trus gak ketinggalan abang sama nonenya dong.



Oia, ada juga panggung kesenian yang menampilkan atraksi khas betawi kayak lenong, tari cokek, gambang kromong, sampe pencak silat juga ada. Satu hal yang bikin gue bahagiaaaa banget... di sini banyak tukang kue rangi... hmm... yummy... terbalaslah ngidam gue berbulan-bulan lamanya...



Kalo ngomongin betawi gak lengkap rasanya tanpa sang legenda, Bang Ben. Hwuaa.. di sini dijual berbagai menchandise ala si biang kerok. Tokoh yang satu ntu emang gak ada bandingannya deh. Sampai sekarang belum ada tokoh semenonjol beliau yang dapat mewakili betawi di kancah nasional. That’s all of my report from the location. See you next week...













Eksperimen Bola Transparan

Idenya datang dari teman gue yang melihat mainan adiknya. Meskipun cuma berukuran sebesar peluru tembakan plastik, bola-bola ini ajaib katanya. Setelah direndam beberapa saat dalam air, bola-bola itu membesar sampai lima kali lipat dan wujudnya yang warna-warni jadi transparan. Bagus deh. These are the result.







share it