A History of the World in 10 1/2 Chapters by
Julian BarnesMy rating:
3 of 5 starsAkhirnya selesai juga. Kesan setelah baca buku ini: basah. Hehehe... Soalnya seluruh ceritanya berkutat seputar air. Cerita paling berkesan adalah cerita si penumpang gelap di bab pertama. Narasinya yang dekonstruktif dibawakan seekor woodwoorm. Dia cerita sisi lain Nuh dan keluarganya selama dan setelah banjir besar.
Cerita kedua tentang pembajakan sebuah kapal pesiar. Agak merinding waktu baca flashback tokohnya tentang eksperimen pilot project-nya yang pake monyet. Jadi mikir sesudahnya: pilih bertahan hidup dengan mengorbankan orang lain atau mengorbankan diri sendiri demi hidup orang lain?
War of the Religion jauh melenceng dari bayangan. Menceritakan pengadilan rayap di Prancis yang menurut gw agak konyol, meskipun cerita tersebut dilandasi dokumen sejarah (katanya). Gara-gara si Uskup jatuh dari kursi yang keropos dimakan rayap, penduduk menuntut rayap diberi hukuman. Yang lebih lucu lagi, kok ya ada pengacara yang belain tuh rayap-rayap. Orang Prancis gak ada kerjaan. (Hehehe.. peace!!!)
Cerita keempat satu di antara dua cerita di buku ini dengan tokoh utama perempuan. Baru tahu namanya hampir di akhir cerita. Capek deh. Isunya global meski ujung-ujungnya tuh perempuan menderita penyakit. Di awal cerita tertulis: In fourteen hundred and ninety-two, Columbus sailed the ocean blue. Cara belajar sejarah yang perlu ditiru di sini supaya sejarah gak lagi ngebosenin.
Inti cerita kelima The Shipwreck: segalanya bisa jadi seni... dan banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam membuat sebuah karya seni, terutama jika based on true story....
Cerita keenam cerita tentang perjalanan seorang perempuan menapaktilasi jejak bahtera Nuh setelah banjir besar. Akhirnya agak dramatis. Masih ada kaitannya di cerita kesembilan nanti.
Nah, cerita ketujuh ini agak gak mudeng (atau gw yang dodol). Ada tiga cerita di dalam cerita ini. Judulnya aja Three Simple Stories. Yang satu tentang seorang kakek korban Titanic yang berhasil selamat. Kedua, kejadian Yunus dan pausnya yang terulang dalam kehidupan nyata. Ketiga, tentang kapal St. Louis yang terombang-ambing ditolak untuk mendarat di mana-mana karena membawa penumpang Yahudi pelarian dari Jerman.
Cerita di Upstream! dirangkai dari sekumpulan surat yang dikirim seorang aktor buat pasangannya. Charlie, si tokoh, menceritakan perjalanan yang harus ditempuhnya ke tengah hutan demi pembuatan sebuah film. Mereka menemui sekelompok Indian yang bersedia membantu syuting. Dari mereka Charlie banyak belajar tentang kehidupan. Ada satu kutipan yang gw suka banget dari cerita ini: one thing nature doesn’t do is lie. Kena banget deh.
Parenthesis ngomongin tentang love, love melulu... (niruin Sarah Sechan bawain acara di MTV dulu). Gw setuju sama si tokohnya yang mandang cinta secara realistis. Di sini pengarangnya nulis lanjutan pantun Columbus: In fourteen hundred and ninety-two, Columbus sailed the ocean blue. In fourteen hundred and ninety-three, he sailed back right back across the sea. Coba guru sejarah bisa mengajarkan sejarah Indonesia kayak gitu, mungkin banyak yang gak males belajar sejarah. Btw, cerita ini gak dikasih nomor bab. Mungkin ini si ½ chapter yang dimaksud. tapi di cerita ini banyak disinggung apa sih yang dimaksud sejarah? Baginya sejarah itu: sesuatu yang ditulis para sejarawan. Sesuatu yang berpola, terencana, dinamis, luas, naratif, saling berhubungan dan dapat dijelaskan. Jadi buka-buka bukunya Kuntowijoyo lagi, Pengantar Ilmu Sejarah.... (hehehe...)
Bab sembilan, Project Ararat, mengisahkan seorang pahlawan yang pergi ke bulan dan mendapat hidayah dari Tuhan untuk ‘menemukan’ bahtera Nuh. Ending-nya gampang ditebak.
Last, The Dream. Cerita ini ngingetin sama lagunya Chrisye feat Ahmad Dani. Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau sujud kepada-Nya? Manusia banyak maunya... udah dapet surga masih aja pengen yang lain... it’s part of being human, kali yak...
Secara keseluruhan, buku ini kereeen.... jadi penasaran terjemahannya...
View all my reviews >>